Sabtu, 30 Juli 2011

Bertani di Lahan Sempit

Sadar akan terbatasnya lahan pertanian di Kota Denpasar akibat kian terdesaknya lahan pertanian karena tingginya alihfungsi lahan, para petani dituntut mampu berkreasi dan berinovasi mengolah lahan pertanian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini yang mendorong salah seorang pemuda asal Desa Peguyangan Kaja, Denpasar Utara, I Made Surya Permana dan kawan - kawan mencari solusi masalah tersebut, dibantu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Denpasar. De Surya (panggolan akrabnya) mulai membudidayakan Jamur Tiram, sejak awal Januari 2010.

Ternyata, budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan luas dan biaya yang besar. Surya memulainya, hanya dengan lahan ukuran 3 x 6 meter. Biaya pembuatan bangunan sekitar Rp 10 juta bibit Rp 2500 per lognya. Dengan berbekal modal sebesar itu Surya yang sekaliguis sebagai ketua kelompok tani ini sudah bisa melakukan budidaya jamur tiram. Kini Surya pun sudah dapat menikmati keuntungan yang diperoleh dari modal bibit rata-rata 75 persen dalam 3 bulan dengan harga jamur Rp 20.000 per kilogram. Dari satu log tiap kali panen menghasilkan 300 gram jamur. “Kami mulai dapat merasakan nikmatnya bertani (jamur) di lahan sempit. Kerja tak terlalu berat. Tak harus berlumpur-lumpur, tapi dapat keuntungan lumayan,” aku Surya didampingi Kepala Desa Peguyangan Kaja, I Wayan Sutama.





Grab The Bookmarketer For Your Site

Jumat, 29 Juli 2011

Sektor Pertanian Tomat

Jika orang menyebut tomat, asumsinya adalah buah untuk sayuran. Padahal sudah lama tomat menjadi buah tangan yang siap dimakan atau dibuat jus yang segar sebagai minuman. Harga tomat sempat anjlok karena membeludaknya pasokan dari berbagai daerah ke pasar. Tentu saja hal itu tidak menggembirakan para petani maupun pedagang tomat. Namun, pangsa pasar tomat tetap tinggi, baik untuk sayuran, buah tangan, maupun untuk dibuat minuman. Dengan manajemen yang baik, usaha tani tomat tetap akan menguntungkan. Jika orang menyebut tomat, asumsinya adalah buah untuk sayuran. Padahal sudah lama tomat menjadi buah tangan yang siap dimakan atau dibuat jus yang segar sebagai minuman. Sehingga tomat bukan lagi sebagai buah sayuran, tetapi lebih dari itu, yaitu dimakan mentah.

Pemahaman tomat sebagai sayuran memang tidak bisa dihindari karena sejak semula tomat lebih banyak dipakai sebagai sayur atau lalapan. Sampai sekarang pun tomat sayuran masih tetap dicari. Padahal sesuai perkembangan, tomat juga sudah menjadi buah yang siap dinikmati. Beragamnya fungsi tomat ini tentu saja memberikan peluang bagi petani. Pasar tradisional sekarang telah menjual buah tomat sebagai buah tangan, sayuran, maupun untuk jus. Harganya tentu saja juga bervariasi, paling murah tomat untuk sayuran. Bentuk fisik tomat untuk sayuran dan tomat untuk buah tangan berbeda. Pada tomat untuk buah penampakannya lebih menarik dan halus, bahkan ada yang volumenya lebih besar. Sedangkan pada tomat sayur lebih banyak tonjolannya.

Saat ini luasan tanaman tomat secara nasional berkisar 30.000 hingga 50.000 hektare per tahun. Permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di super market, mal-mal, maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Melihat kondisi itulah, selera pasar akhirnya disesuaikan dengan peruntukan buah tomat itu. Untuk mendapatkan buah tomat sesuai selera pasar, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) terus melakukan penelitian dengan cara menyilangkan varietas induk dengan varietas lainnya. Dari situlah diharapkan bisa dihasilkan tomat hibrida yang bisa diterima pasar dengan baik. Saat ini para petani masih banyak yang mengembangkan tanaman tomat tanpa menggunakan bibit yang baik.

Mereka biasanya langsung mengambil biji tomat dari kebunnya kemudian menyemaikannya. Akibatnya produktivitasnya menjadi rendah. Seperti untuk dataran tinggi produktivitasnya berkisar 10 hingga 15 ton.





Grab The Bookmarketer For Your Site

Rabu, 27 Juli 2011

Sumberdaya Lahan Pertanian

Potensi sumberdaya lahan sangat menentukan dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan. Disamping sumberdaya lainnya, sumberdaya lahan yang ada luasnya relatif kecil dan setiap tahunnya selalu ada pengurangan atau perubahan peruntukan ke sektor lain seperti tempat perumahan. Karena kecilnya luas lahan yang potensial, maka peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan lebih banyak di arahkan melalui peningkatan mutu intensifikasi dan diversifikasi terutama untuk komoditi padi dan palawija. Secara umum tanah sawah dapat diusahakan secara baik oleh petani di Kabupaten Tabanan, walaupun dibeberapa subak sering timbul gangguan organisme pengganggu tanaman.

Fungsi
Penelitian pencemaran tanah, air dan tanaman, serta emisi gas rumah kaca dari pertanian., Penelitian teknologi pengelolaan pengendalian lingkungan pertanian dan remediasi pencemaran. Penelitian komponen teknologi budidaya pertanian ramah lingkungan. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi serta penyebaran dan pendayagunaan hasil peneltian pencemaran lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian pencemaran lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.





Grab The Bookmarketer For Your Site

Rasio Lahan Pertanian

Membangun suatu wilayah pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberi nilai tambah terhadap kualitas kehidupan. Proses pemberian nilai tambah terhadap kualitas kehidupan dilakukan dengan memperhatikan internalitas dan eksternalitas suatu wilayah. Internalitas diantaranya meliputi kondisi fisik wilayah, potensi sumber daya (alam, manusia, dan buatan), serta kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, sedang eksternalitas yang perlu diperhatikan diantaranya adalah situasi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah, kelestarian sumber daya alam, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan dukungan sumber daya buatan, serta pemahaman terhadap eksternalitas suatu wilayah, menjadi kunci keberhasilan perencanaan pembangunan. Hal ini mengindikasikan pentingnya merencanakan pembangunan melalui perspektif yang lebih luas dan tidak sekedar administratif parsial atau sektoral saja. Untuk itu pendekatan kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan penataan ruang, memegang peranan yang vital dalam perencanaan pembangunan.

Daya dukung wilayah (carrying capacity) adalah daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian integritas fungsional ekosistems yang relevan. Fungsi beban manusia tidak hanya pada jumlah populasi akan tetapi juga konsumsi perkapita serta lebih jauh lagi adalah faktor berkembangnya perdagangan dan industri secara cepat. Satu hal yang perlu dicatat, bahwa adanya inovasi teknologi tidak meningkatkan daya dukung wilayah akan tetapi berperan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam.

Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada. Produktivitas lahan, komposisi penggunaan lahan, permintaan per kapita, dan harga produk agrikultur, semua dipertimbangkan untuk mempengaruhi daya dukung dan digunakan sebagai parameter masukan model tersebut.

Konsep yang digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya-dukung ini adalah adanya asumsi bahwa ada suatu jumlah populasi yang terbatas yang dapat didukung tanpa menurunkan derajat lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara. Secara khusus, kemampuan daya dukung pada sector pertanian diperoleh dari perbandingan antara lahan yang tersedia dan jumlah petani. Sehingga data yang perlu diketahui adalah data luas lahan rata-rata yang dibutuhkan per keluarga, potensi lahan yang tersedia dan penggunaan lahan untuk kegiatan non pertanian.Rata Penuh





Grab The Bookmarketer For Your Site

Minggu, 24 Juli 2011

Alternatif Produk Pertanian

Indonesia adalah Negara yang sangat kaya, tetapi sebagai manusia Indonesia terkadang kita kurang jeli dalam memanfaatkan kekayaan itu. Jerami begitu melimpah. Saat petani panen padi, jerami melimpah ruwah di persawahan, dan itu hanya dibakar, ya ada sih manfaatnya sebagai humus, namun tidak efektif dan maksimal sebagaimana eksistensi akan jerami itu sendiri. Biasanya jerami hanya akan teronggok di sawah karena digunakan sebagai pakan ternak atau bahkan dibakar begitu saja. Bisa dibayangkan kemubadziran yang terjadi jika limpahan jerami tersebut hanya dibakar. Tetapi mungkin tidak hanya kemubadziran saja, karena ternyata pembakaran jerami akan menghasilkan emisi karbon yang memberi sumbangan akan terjadinya pemanasan global.

Sungguh ironis memang, disatu sisi jerami dan sekam melimpah hanya dianggap sebagai sisa yang memang harus dibakar. Sementara pupuk kimia semakin melambung tinggi saja, sementara petani mengeluhkan terjadinya kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia. Dampaknya, jumlah dan jenis pupuk yang dapat mereka usahakan semakin terbatas serta waktu pemberian pupuk yang sering terlambat dapat berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, penurunan produktivitas lahan sawah yang marak di Indonesia dimungkinkan terjadi karena kejenuhan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu yang relative lama.

Peristiwa ini mencerminkan kurang maksimalnya pemanfaatan jerami dalam bidang pertanian padahal jerami memiliki potensi yang sangat besar dalam menggemburkan tanah jika dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Bahkan dapat menjadi solusi yang sangat brilian untuk menangani permasalahan terjadinya pelandaian produktivitas lahan dan kelangkaan dan mahalnya pupuk kimia (Urea,TSP,ZA,SP36 atau KCl). Selain itu kompos juga memberikan manfaat yang sangat banyak, antara lain: memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan kandungan bahan organik, dan meningkatkan kesuburan tanah atau lahan.

Peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan diperlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usaha tani dengan memanfaatkan sumber daya local yang ada selain itu juga diperlukan adanya pelestarian lingkungan produksi termasuk mempertahankan kandungan bahan organic tanah dengan memanfaatkan jerami padi atau limbah pertanian lainnya ataukah pemanfaatan sampah kota.

Dengan demikian dapat dilihat betapa banyak manfaat jerami dan sekam jika dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Namun, realita di lapangan menyatakan betapa kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya petani akan potensi tersebut. Ketidaksadaran akan kecenderungan penggunaan pupuk anorganik yang dianggap lebih efisien dan mudah didapat di mana saja akan memperosokkan kita lebih jauh ke dalam jurang permasalahan pertanian yang tidak terkira. Karena bagaimana pun juga penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan tanah yang merupakan media paling lengkap tempat hidup tumbuhan sebagai satu-satunya produsen di muka bumi ini. Oleh karena itu, sangatlah penting merubah paradigma berpikir masyarakat kita bahwa penggunaan sesuatu yang instant dalam jangka panjang tidak selalu baik. Demikian juga dengan penggunaan pupuk anorganik.

Harus ada pengganti atau substitusi dari pupuk kimia/anorganik dan jawaban yang tepat adalah pupuk kompos. Selain beberapa keunggulan yang telah disebutkan di atas, cara membuat pupuk ini sangatlah mudah, apalagi bahan bakunya merupakan limbah padi yang sangat melimpah saat pasca panen. Lalu keuntungan besar apalagi yang harus dicari jika kita dapat mengubah sampah (jerami) menjadi emas (kompos)?. Kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada seluruh masyarakat khususnya petani di negeri (Indonesia) super agraris ini.





Grab The Bookmarketer For Your Site
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...